Sabtu, 19 Desember 2009

Kepariwisataan Cianjur - Banyak Objek Wisata Menarik Kini Telantar

POTENSI kepariwisataan di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, sebetulnya sangat besar. Mulai dari wisata alam, laut, sampai wisata seni budaya, cukup tersedia dan memiliki nilai jual lumayan. Tapi, karena pemkab setempat terkesan setengah hati mengembangkannya, banyak objek wisata di daerah ini kini telantar.

Kepariwisataan alam, misalnya. Pemkab Cianjur selama ini hanya mengandalkan objek-objek wisata di Kawasan Puncak, yang memang telah menjadi daya tarik wisatawan sejak berpuluh tahun lalu, seperti Kebun Raya Cibodas, Wana Wisata Mandalangi, Taman Nasional Gede Pangrango, dan Taman Bunga Nusantara.

Di luar itu, masih berupa potensi. Contohnya Waduk Cirata. Danau buatan yang dibangun pada 1986 dan merendam ribuan hektare area pertanian, hutan, dan permukiman penduduk di sebagian wilayah Cianjur, Purwakarta, dan Bandung (Jawa Barat) itu awalnya memang dikenal masyarakat bukan saja sebagai bagian dari sebuah pembangkit listrik tanaga air (PLTA), tetapi juga sebagai lahan baru budi daya ikan air tawar dan objek wisata.

Sebagai objek wisata, Waduk Cirata menjadi tujuan alternatif masyarakat yang ingin berpiknik dengan ongkos relatif murah. Tak mengherankan, beberapa tempat yang kemudian dikenal sebagai objek wisata, sejak saat itu ramai dikunjungi masyarakat. Antara lain Jangari di Kecamatan Mande, Maleber di Kecamatan Cikalongkulon, dan Calincing di Kecamatan Ciranjang.

Tapi dalam perkembangannya, objek-objek wisata di Waduk Cirata "terkalahkan" oleh pesatnya budi daya ikan air tawar jaring apung, sehingga objek wisata seperti Jangari, Maleber, dan Calincing bergeser menjadi pelabuhan pendaratan dan pengangkutan produksi ikan jaring apung.

Hal itu terjadi karena pemkab kurang serius memanfaatkan objek-objek wisata tersebut. Atau lebih tepatnya, kehadiran fungsi pelabuhan di Jangari, Maleber, dan Calincing tidak diselaraskan dengan upaya penataan fungsi wisatanya. Wajar bila kunjungan wisatawan lokal ke objek-objek wisata itu tidak seramai ketika Cirata mulai terbentuk, kecuali memang bila di tempat-tempat itu ada pementasan orkes dangdut.

"Kalau sejak awal pemkab serius melakukan penataan, objek-objek wisata di Cirata sebetulnya bisa menjadi salah satu daerah tujuan wisata. Sebab, lokasi objek-objek wisata itu relatif dekat dari ruas jalan protokol Jakarta-Bandung," kata Ketua Komisi III DPRD Cianjur, H Rudi Syahdiar SH, kepada Suara Karya, beberapa waktu lalu.

Hal serupa terjadi pada objek-objek wisata potensial lain, seperti objek wisata Pantai Samudera di wilayah Cianjur selatan, yang memiliki panorama alam cukup indah, khususnya Pantai Apra, Pantai Sereg, Karang Potong (ketiganya di Kecamatan Sindangbarang, sekitar 120 km ke arah selatan dari pusat Kota Cianjur) dan Pantai Jayanti di Kecamatan Cidaun (sekitar 27 km ke arah timur dari Kota Sindangbarang). Tapi pemkab kurang serius mengembangkan objek-objek wisata yang sebetulnya banyak dikunjungi wisatawan lokal itu, kecuali Jayanti.

Memang Jayanti relatif mendapatan sentuhan penataan. Ini terutama karena Jayanti juga sebagai tempat pelelangan ikan (TPI), sehingga yang turut membenahi pelabuhan tradisional itu bukan semata Pemkab Cianjur, tetapi juga Pemprov Jabar.

"Kami berharap pemerintah tidak saja mengembangkan Jayanti sebagai pelabuhan, tapi juga sebagai objek wisata penting di Cianjur. Sehingga Jayanti bisa menjadi daerah tujuan wisata andalan, sekaligus menjadi pendorong termanfaatkannya potensi perikanan laut di pantai Cianjur selatan," ujar Rudi Syahdiar.

Tapi, untuk itu pun, lanjut anggota Fraksi Partai Golkar itu, pemerintah baik pemprov maupun pemkab harus lebih serius lagi membangun infrastrukturnya, khususnya jalan. Karena, salah satu penyebab lambatnya perkembangan objek wisata Pantai Jayanti dan objek wisata pantai lainnya di Cianjur selatan ialah buruknya infrastruktur tersebut.

"Masyarakat Bandung sebetulnya menyenangi objek wisata pantai. Tapi karena sarana dan prasarana transportasi ke Jayanti belum memadai, mereka enggan datang ke sana. Karena itu, ruas jalan Cidaun-Naringgul-Balegede, yang merupakan ruas jalan terdekat dari Bandung ke Jayanti, harus diperbaiki dan diperlebar," katanya. (Ar-Rasyid)

Sumber :
http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=183851
8 Oktober 2007

Tidak ada komentar:

Posting Komentar